Gara-gara Susah Sinyal

“Lina, terima kasih ya udah bantuin aku pindahan,” kata gadis mungil berambut pendek itu.
“Sama-sama, Sis. Aku pulang duluan ya,” jawab Lina sembari memanaskan motornya.
“Hati-hati di jalan ya,” sahut Siska sambil melambaikan tangannya.

Hari itu adalah hari yang melelahkan bagi Siska. Ia pindah ke indekos yang cukup jauh dari tempat tinggalnya yang lama. Wanita berkulit kuning langsat yang berusia 25 tahun ini ingin tinggal di daerah yang cukup dekat dengan kantornya. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya dia mendapatkannya. Lina, sahabatnya, membantu anak rantau ini.

Siska mengangkat barang-barangnya satu per satu ke kamarnya di lantai dua. Ia membersihkan kamar yang berantakan itu hingga bersih. Ia mengerjakan semuanya sendiri mulai dari menyapu, mengepel, hingga mengelap meja. “Hosh, akhirnya selesai juga. Capek banget. Laper pula, padahal nggak tahu warung daerah sini,” keluh Siska.

Siska mencari makan di sekitar indekosnya, tetapi semua libur karena hari itu hari raya Nyepi. Ia pun kembali ke kamarnya. Gadis manja bermata besar itu bertanya kepada ibu penjaga, “Bu, apakah tahu warung mana yang buka ya? Tadi saya cari, tapi tutup semua.” Ibu Ani menjawab sambil menelepon, ”Cari aja sendiri, aku lagi sibuk.”

Siska merasa kesal. Tak lama kemudian, ia berteriak, “Mending aku pesan makanan online aja.” Ketika melihat ponselnya tak berfungsi akibat tak ada sinyal, ia makin marah, “Haduh, aku harus cari sinyal padahal udah laper banget.”

Siska naik ke atas lantai tiga, di sana ia menemukan sinyal dan segera memesan nasi goreng favoritnya. Namun, estimasi kedatangan masih satu jam lagi. “Masak gue harus jongkok di depan kamar 10 gini sih demi makan? Menderita amat,” katanya dalam hati. Siska jongkok 15 menit lalu ia duduk di lantai. Pemilik kamar nomor 10 terkejut melihat gadis cantik tertidur di depan pintu kamarnya.

“Mbak, kok tidur di sini?” Adi membangunkan Siska.
“Eh maaf Mas, di bawah nggak ada sinyal. Aku tadi nunggu makanan lama banget jadi ketiduran,” sahut Siska dengan wajah merah merona.
“Oh nggak apa-apa, emang di rumah ini susah sinyal, Mbak. Pasti laper ya? Ini ambil aja,” Adi memberikan rotinya.
“Thank you, Mas. Baik banget,” kata Siska sambil makan roti.
Adi dan Siska saling berkenalan dan bercakap-cakap. Perut Siska tak terasa lapar lagi karena asyiknya pembicaraan. Sayangnya, Bapak ojek datang dan menghentikan percakapan dua sejoli dari Pulau Jawa ini.

Keesokan harinya, setiap hari Siska mencari sinyal di lantai tiga dan Adi juga sering memberikan cemilan buat Siska. Mereka bersahabat dan jadian gara-gara susah sinyal. Kisah yang unik dan tak terduga.

#30DWC #30DWCJilid12 #Day5


Komentar